Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

CERITA RAKYAT SERAWAI: PEPES KAMBAS LENGIT

Ilustrasi

Pada suatu hari, seorang emak berkata kepada anak perempuannya yang bernama Piatu, “Tolong pepeskan kambas untuk kita makan nanti!”

Piatu pun menjawab, “Baiklah, Bu.”

Setelah pepes kambas dimasak, Piatu meninggalkannya sebentar. Namun, saat ia kembali ke rumah, pepes kambas itu sudah tidak ada.

Ketika ibunya hendak makan, ia pun bertanya, “Mana pepes kambas tadi?”

Anaknya menjawab, “Sudah hilang, Bu.”

Mendengar hal itu, ibunya marah besar dan memukul anaknya. Ia pun memerintah Piatu itu untuk mencari pepes kambas yang hilang. “Kamu tidak boleh pulang sebelum menemukan pepes kambas itu!”

Berangkatlah Piatu mencari pepes kambas. Ia menyusuri hutan, keluar masuk padang, hingga akhirnya menemukan sebuah rumah. Ia pun naik ke rumah itu, tetapi ternyata rumah itu adalah milik sepasang harimau.

Saat itu harimau jantan sedang pergi. Harimau betina yang ada di rumah menyembunyikan Piatu. Namun, ketika harimau jantan pulang, ia mencium bau manusia dan berkata, “Ada bau manusia di sini!”

Harimau betina berusaha menyembunyikan kenyataan. “Tidak ada manusia di sini,” katanya.

Tapi harimau jantan tidak percaya. “Keluarkan anak itu! Kalau laki-laki, dia akan menjadi anakku. Kalau perempuan, jadi anakmu!”

Akhirnya harimau betina mengeluarkan Piatu. Ternyata ia perempuan, maka ia pun dijadikan anak oleh harimau betina.

Setiap hari, harimau jantan pergi berburu. Piatu sering menangis karena ingin pulang. Harimau betina pun menenangkannya, “Mengapa engkau menangis, cucuku? Sebesar apa hatimu?”

“Sebesar telapak tangan, Nek,” jawab Piatu.

“Kalau begitu, makanlah banyak-banyak supaya hatimu cepat besar.”

Ketika harimau jantan pulang, ia pun bertanya,  “Sebesar apa hatimu, cucuku?”

Piatu tetap menangis.

“Mengapa kau menangis? Apa kau ingin kain, baju yang bagus, anting-anting, dan kalung emas?”

“Ya, Nek. Saya mau kalung emas,” jawab Piatu.

Harimau jantan pun memberikan pakaian indah dan perhiasan emas kepada Piatu.

Suatu hari, harimau jantan dan harimau betina pergi meninggalkan rumah. Piatu pun tinggal sendirian. Tiba-tiba, seekor elang sikap hinggap di pohon nyiur gading. Piatu pun memanggil: “Wahai elang sikap, bawalah daku ke atas nyiur gading. Aku akan dimakan harimau!”

Elang sikap bertanya: “Siapa yang bernyanyi tadi? Kalau kamu anak dewa, bernyanyilah sekali lagi.”

Piatu pun menyanyi lagi dengan suara lirih, “Wahai elang sikap, bawalah daku ke atas nyiur gading. Aku akan dimakan harimau!”

Elang sikap lalu menyambar dan membawa Piatu naik ke atas pohon nyiur gading. Tidak lama kemudian, harimau jantan dan betina datang, melihat Piatu di atas pohon.

“Turunlah, cucuku! Kembalikan perhiasanku itu!” seru mereka.

Namun, elang sikap segera membawa Piatu terbang kembali ke istana. Saat mereka tiba, ayam jantan pun berkokok: “Piatu sudah pulang!”

Sang ibu keluar dan melihat benar, Piatu telah kembali—dengan pakaian indah dan perhiasan emas. Ibu sangat bahagia, dan sejak saat itu, dia dan Piatu hidup dengan makmur dan kaya raya.

Ibu pun lebih berbahagia lagi, karena Piatu juga berhasil membawa pulang pepes kambas yang hilang. Pepes kambas itu ditemukan Piatu di rumah harimau. Pepes kambas yang hilang itu masih utuh di dalamnya, dibungkus rapi dengan daun nipah.

Piatu berkata kepada ibunya, “Ibu, ternyata pepes kambas ini tidak hilang, melainkan dicuri binatang hutan dan disimpan di rumah harimau!”

Ibunya tersenyum dan memeluk anaknya. “Kamu anak yang baik dan tabah. Sekarang kita bisa makan pepes kambas bersama.”

Emong Soewandi
Emong Soewandi Blogger sejak 2012, dengan minat pada sejarah, sastra dan teater

Post a Comment for "CERITA RAKYAT SERAWAI: PEPES KAMBAS LENGIT"