CERITA RAKYAT REJANG: KUAU DAN KAK
![]() |
Ilustrasi (AI) |
Di sebuah hutan yang damai, hiduplah dua sahabat: Burung Kuau, yang mencintai keindahan, dan Burung Kak, yang dikenal ramah dan penuh kesabaran. Suatu pagi, mereka duduk di tepi sungai, menikmati cahaya matahari yang hangat.
Burung Kak mengusulkan, "Kuau, bagaimana kalau kita saling melukis tubuh hari ini? Agar kita terlihat lebih cantik dan istimewa."
Burung Kuau mengangguk, "Ide bagus! Tapi aku yang dilukis dulu, ya!"
Dengan telaten, Burung Kak mulai menghias tubuh Kuau. Ia mencampur warna hijau, biru, dan keemasan. Hasilnya luar biasa—bulu Kuau berkilauan, mencolok bagai permata di tengah hutan.
Burung Kuau terperangah melihat dirinya di permukaan sungai. "Wah! Aku seperti raja! Terima kasih, Kak! Sekarang giliranku membuatmu secantik aku!"
Namun langit mendadak mendung, dan petir menggema dari kejauhan. Burung Kuau menjadi gelisah.
Burung Kuau berkata cemas, "Hujan akan turun! Aku tak punya cukup waktu untuk melukismu dengan rapi!" Dengan panik, ia mengambil satu ember cat hitam dan menumpahkannya ke tubuh Burung Kak.
Burung Kak terkejut, "Kau... hanya menuangkan cat? Kau tak melukisku?"
Burung Kuau menunduk, "Aku takut hujan akan datang sebelum selesai. Maafkan aku..."
Hujan turun. Lukisan di tubuh Kuau tak luntur karena sudah kering, tapi tubuh Kak yang kini hitam pekat menjadi permanen. Warna hitam itu menempel hingga ke kulitnya.
Beberapa hari kemudian, bahaya datang. Para pemburu masuk ke hutan, mencari burung-burung yang indah. Burung Kuau, dengan bulunya yang mencolok, mudah terlihat dari kejauhan. Ia menjadi sasaran.
Pemburu berseru, "Lihat itu! Burung berwarna emas! Tangkap dia!"
Kuau berlari ketakutan, menyembunyikan diri, tapi kemilau bulunya selalu memantulkan cahaya. Ia nyaris tertangkap berkali-kali.
Sementara itu, Burung Kak dengan bulu hitamnya bisa bersembunyi di balik semak, batang pohon, dan bayangan. Tak satu pun pemburu menyadarinya.
Malam itu, Kuau mendekat dengan lelah. "Kak... aku hampir tertangkap tadi. Semua karena warnaku terlalu mencolok."
Burung Kak tersenyum lembut, "Mungkin inilah hikmahnya. Keindahan yang mencolok kadang membawa bahaya, sementara kesederhanaan bisa jadi perlindungan."
Burung Kuau menunduk penuh penyesalan. "Maafkan aku, Kak. Aku mengecewakanmu. Aku hanya memikirkan diriku sendiri."
Burung Kak menepuk sayap sahabatnya, "Tak apa. Aku memaafkanmu sejak dulu. Kau telah belajar, dan itu yang terpenting."
Sejak saat itu, Burung Kuau tak lagi menyombongkan keindahannya. Ia belajar rendah hati dan lebih berhati-hati. Sedangkan Burung Kak, meskipun hitam, tetap dicintai karena hatinya yang terang.
Post a Comment for "CERITA RAKYAT REJANG: KUAU DAN KAK"
Berkomentarlah dengan bijak. Semua komentar mengandung kata-kata tidak pantas, pornografi, undangan perjudian, ujaran kebencian dan berpotensi rasial, akan kami hapus