TENTANG MUSANG BERSARANG DI PLAFON RUMAH
Source |
Aroma daun pandan adalah aroma sehari-hari dalam rumah. Terutama jika sore hari, aroma itu akan kuat sekali. Tentu saja, dengan adanya aroma itu, berada di dalam rumah pun menjadi sedikit segar, apalagi daun pandan memang memiliki aromaterapi, yang bisa membuat kita nyaman dan membantu mendapatkan tidur yang tenang. Tamu-tamu yang datang pun selalu menyampaikan pujian terhadap aroma dalam rumah itu, bahkan ada juga yang menanyakan di mana membeli pengharum ruangan beraroma daun pandan itu.
Namun, tidak pula selalu aroma itu enak di hidung kita, karena kadang-kadang aroma itu juga akan terbaui sangat pekat, bahkan bisa memuakkan, dicampur sedikit ada rasa-rasa merinding.
Daun pandan (Pandanus amaryllifolius) Source |
Tetapi, jangan menduga bahwa itu adalah pengharum khusus ruangan. Itu bukan pengharum ruangan atau air freshener spray. Tidak ada yang jual, di Perancis sekalipun, karena aroma itu berasal dari air seni musang. Ya, kencing musang!
Seekor musang (Paradoxurus hermaphroditus) berwarna putih keabu-abuan telah berbulan-bulan bersarang di atas plafon rumah. Tak begitu jelas dari mana dia datang. Rumah sendiri memang berada agak di pinggiran kota. Tak jauh dari rumah ada hutan kecil yang merupakan bagian dari hutan lindung Register 55 Bukit Barisan, yang rencananya akan dijadikan hutan kota. Di sekitar rumah juga masih terdapat beberapa kebun, baik yang terawat maupun yang dibiarkan saja menjadi semak-semak. Apakah dari sana musang itu berasal?
Ada selembar multipleks di atap rumah bagian belakang, di atas dapur, karena lapuk lalu robek. Robekan itu mengakibatkan lubang di plafon. Nah, lubang itulah yang kemudian menjadi pintu masuk dan keluar sang pemburu malam ini.
Menjelang malam, di atas plafon akan terdengar bunyi keributan. Itulah pertanda musang itu bangun, dan akan memulai petualangannya sebagai mahluk nokturnal. Sepertinya, ia pun merasa tak perlu untuk berjalan perlahan-lahan atau mengendap-endap lagi, sebaliknya akan berlari dengan suara yang cukup heboh untuk meninggalkan istananya itu. Dari atas plafon dia akan melompat ke atas atap seng gudang belakang, juga akan menimbulkan suara yang ramai, untuk selanjutnya menghilang di kegelapan. Sebaliknya, menjelang subuh, gedebak-gedebuk itu akan terdengar lagi, penanda bahwa "pemilik" ruangan di atas plafon itu pulang dan akan menghabiskan siang dengan tidur.
Sialannya, musang yang telah menganeksasi plafon rumah itu tetap tidak pernah menunjukkan prilaku sopan santun barang sedikit pun. Makin hari makin menjadi tingkahnya. Pernah sekali, ketika aku tengah berdiri di tepi teras rumah untuk memberi makan ikan-ikan di kolam hias, tiba-tiba aku merasakan kepala basah. Saat aku raba dan aku cium, terbauilah aroma daun pandan. Ternyata, aku telah dimandikan oleh musang itu dengan air kencingnya. Benar-benar aku mengutuk-ngutuk. Aku pun harus mandi, karena biar pun harum, bagaimana juga itu tetaplah air kencing yang merupakan bagian dari najis.
Musang adalah binatang omnivora, pemakan semuanya, baik itu buah-buahan, maupun daging. Karena dia memakan daging inilah, musang sering dianggap sebagai hama, terutama bagi mereka yang memelihara ayam atau burung. Karena itu juga, aku sempat kuatir adanya keluhan-keluhan dari tetangga yang memelihara ayam, apalagi mereka pun tahu jika ada musang yang bersarang di rumah. Syukurlah, belum ada komplain dari tetangga yang masuk, sehingga musang itu sendiri hingga hari ini masih aman sentosa.
Plafon rumah yang rusak karena sering terkena kencing musang Image: Private Collcetion |
Hanya saja, satu hal yang merugikan dengan adanya kehadiran musang ini mengakibatkan kerusakan pada plafon dan dinding rumah. Tripleks untuk plafon yang dipakai adalah tripleks kayu jati yang lebih tipis dibandingkan dengan tripleks biasa. Pada sudut rumah, ada tripleks itu telah lapuk karena menjadi tempat utama musang itu kecing. Sementara di dinding rumah ada terlihat jelas bekas cucuran kencing musang itu yang telah mengering.
Bekas cucuran kencing musang di dinding rumah Private Collection |
Belum ada keinginanku untuk mengusir musang itu, apalagi mengikuti sebuah usulan untuk menjebak dan membunuhnya. Tentu aku bisa saja menjebak atau meracunnya, tetapi untuk membunuhnya jelas tidak akan ada keberanian dan tegaku untuk melakukannya. Lagi pula, bukan tidak beresiko meracunnya. Musang yang telah teracun bisa jadi akan mati dalam sarangnya di palfon itu. Tentu saja itu akan menjadi urusan yang sangat merepotkan. Mengambil bangkainya di dalam langit-langit tidaklah gampang, itu pun akan kita ketahui dia mati setelah badannya hancur dan berbau. Walaupun telah diambil, sisa bangkai hancur dan mengeluarkan aroma busuk itu bisa bertahan dalam rumah berhari-hari, bahkan berminggu-minggu
Jadi, biarlah kami sampai saat ini atau entah sampai kapan untuk terus hidup berdampingan, walau kami belum pernah saling bertatap muka secara langsung untuk saling kenal lebih dekat, atau menanyakan nomor kontak atau media sosial yang dipakainya, juga tak pernah punya kesempatan bagiku untuk mengambil gambarnya. Setidaknya dengan membuat keributan dan aku mendengarnya serta menikmati aroma pandan dari kencingnya telah menjadi cara kami berdialog.
Di plafon lt 3 saya jg ada musang, karena saya punya mangga yg lagi berbuah. Sdh pernah jumpa dan kenalan krn pernah bangun malam. Rencana saya biarin aja dgn resiko ya harus bersih2, krn banyak sampah biji mangga yg dilepehnya. Sudah berdamai dgn bau2 aneh dan gedevag gedebuk ketika malam
ReplyDeleteSedang terjadi pada diriku, pas banget posisi di atas plafon kamar tidur, ckckck
ReplyDelete