Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MIMPI SI KELANA (DRAMA ANAK-ANAK DAN REMAJA)

MIMPI SI KELANA
Emong Soewandi

Narator:
Kelana adalah seorang anak yang malas
dia sangat benci untuk bangun pagi
karena bangun pagi membuat dia harus sekolah
padahal dia tak suka untuk ke sekolah
membantu orang tua pun dia tak ingin

Kelana hanya suka bermain-main
menghabiskan hari-harinya dengan perbuatan sia-sia
hingga akhirnya Kelana pun menjadi sadar
dia menjadi anak yang baik
dan selalu membantu orang tua
karena....

Ah, kita saksikan saja, yuk!

Koor : 
matahari!
yang panjangkan langkah menuju esok
dengan napas hangatmu
yang keringkan duka tangisan hari lalu
telah tertebar senyum
dalam cahaya segarmu
seperti bunga yang menggeliat bangun
taburkan harumnya yang damai
untuk perjalanan hari
untuk semua rasa di hati

matahari!
bangunkan jantan di subuh merah
menyentakkan lelap kita
untuk berbenah
untuk bergerak
seperti engkau
yang akan kembali menuju senja
dan menggulirkan pagi esok hari

matahari!
telah engkau bangunkan kami


ADEGAN I

Koor 1 : 
Kelana, bangunlah, sayang
Pagi telah tiba!

Kelana : 
(bangun dengan malas sambil mengusap-usap mata yang masih mengantuk). Hei, mengapa engkau berteriak-teriak begitu? Kau telah mengganggu tidurku!

Matahari : 
Oh, selamat pagi, Kelana. Aku adalah matahari, yang bertugas untuk membuat pagi jadi hangat, agar engkau segera bangun dari tempat tidurmu.

Kelana : 
Engkau matahari? Janganlah beromong kosong di pagi buta ini!

Matahari : 
Ya, aku adalah matahari. Lihatlah senyumku. Manis, bukan? Dan lihat juga lenggak-lenggokku. Asyik, bukan? Ketika tiba waktu aku hahir, maka akan selalu diiringi dengan kokok ayam jantan yang begitu merdu.

Kelana : 
Ah, kalau engkau benar-benar matahari, berarti engkaulah yang selama ini yang sangat aku benci.

Matahari : 
Hai, hai, mengapa engkau membenciku, Anak Manis?

Kelana : 
Ya, lihat saja yang telah engkau lakukan, membuat aku sangat benci padamu. Engkau tak pernah memberiku kesempatan untuk tidur lebih lama. Ketika aku belum puas untuk beristirahat dan bermimpi, telah engkau panaskan tempat tidurku, sehingga aku harus bangun.

Matahari : 
Oh, bukankah telah kuberikan malam dingin yang cukup panjang bagimu? Apakah itu tidak cukup bagimu?

Kelana : 
Tidak, tidak cukup. Yang kuinginkan adalah malam lebih panjang lagi, agar aku lebih puas lagi dapat tidur dalam selimut yang hangat.

Matahari : 
Oh, kau salah, Kelana yang manis. Seharusnya, ketika aku mulai bercahaya, engkau pun harus cerita dan cerah kembali.

Kelana : 
Mengapa harus hatiku cerah? Bukankah kau telah menggangguku?

Matahari : 
Ya, bukankah dengan terbitnya aku, kau akan memiliki semangat untuk bangun, mandi dan dengan riang berangkat ke sekolah.

Kelana : 
Nah, itulah yang aku juga tidak suka. Karena kau terbit pagi hari, maka aku pun harus bangun juga. Huh, aku benci sekolah!

Matahari : 
Hei, mengapa kau benci sekolah! Apakah kau tidak takut masa depanmu menjadi muram?

Kelana: 
Ah, siapa yang peduli.

Matahari: 
Kalau begitu apa yan membuat kau bangun?

Kelana : 
Ya, tentu saja aku harus bangun, sebab kalau tidak aku akan dimarahi ayah dan ibu.

Matahari : 
Oh, jadi kau bangun pagi dan pergi sekolah hanya karena takut dimarahi oleh orang tua?

Kelana : 
Ya! Mereka juga tidak sayang padaku, karena mereka selalu marah, bahkan memukuliku, jika aku tak mau sekolah!

Kelana mulai menangis.

Kelana : 
(Sambil menangis) Huuu, aku benci bangun pagi. Huuu...., aku benci sekolah, huuuuuu, aku benci papa dan mama....

Si Hitam masuk dengan wajah seram dan murung. Dia membawa sehelai selimut dan buku-buku komik. 

Si Hitam kemudian tertawa-tawa ketika memperhatikan Kelana.

Si Hitam : 
Ha... ha... ha.... Hei, Kelana! Dengarkan aku!

Kelana : 
(Menahan tangis) Siapa kau?

Si Hitam : 
Oh, aku. Aku adalah teman. Namaku Si Hitam.

Koor : 
Oh, kelana, aku adalah matahari. Sahabat sejatimu. Jangan, jangan dengarkan dia!

Kelana : 
Teman? Apa maksudmu? Rasa-rasanya aku belum pernah mengenalmu.

Si Hitam : 
Itu karena kau terlalu asyik dengan buku-buku pelajaramu, sehingga kau tidak menyadari kehadiranku yang selalu berada di sampingmu.

Kelana : 
Benarkah?

Matahari : 
Jangan dengarkan dia, Kelana!

Si Hitam : 
Diam, engkau matahari sialan!
Benar, Kelana, aku adalah sahabatmu. Aku hadir untuk menolongmu. Percayalah, aku kasihan melihat engkau.

Kelana : 
Kasihan? Mengapa engkau kasihan kepadaku?

Si Hitam : 
Ya, melihatmu selalu saja berbuat pekerjaan-pekerjaan yang tak ada gunanya.

Kelana : 
Pekerjaan apa?

Si Hitam : 
Ya, itu. Karena matahari itu, kulihat kau selalu saja pagi-pagi sudah bangun, terus mandi, kemudian berpakaian yang itu-itu saja. Ya, pakaian sekolahmu itu. Pulang sekolah kemudian harus belajar, membaca lagi. Uaaah, coba kau pikir, apa untungnya semua itu?

Diam.
Kelana termenung berpikir.

Si Hitam : 
Bukankah semua itu membosankan?

Sunyi. Kelana masih berpikir.

Kelana : 
Ya, tentu saja membosankan.

Diam 

Kelana : 
Tetapi katanya dengan sekolah dan belajar maka kita akan menjadi anak yang pndai dan berguna di masa depan?

Si Hitam : 
Katanya? Katanya? Itu ‘kan katanya orang saja. Tapi...., mana buktinya? Mana? Kau malah tak punya waktu untuk bermain. Padahal...

Diam 

Kelana : 
Padahal apa?

Si Hitam : 
(Serius) Padahal bermain untuk anak-anak seusiamu adalah sarana belajar yang paling tepat, karena akan membuatmu cerdas dan lincah. Anak-anak seusiamu tidak boleh terkungkung dalam kelas, tapi harus banyak bermain dan bermain. Tidak boleh ada batasan. Tidak boleh ada larangan.

Kelana : 
Tapi bagaimana?

Si Hitam : 
Bagaimana kau bisa punya waktu bermain, kalau hari-harimu hanya kau sibukkan dengan sekolah, belajar, sekolah, belajar. Itu-itu saja. Tak ada kemajuan. Bahkan membuat otakmu jadi beku.
(Tersenyum menggoda) bukankah lebih baik kau bermain-main dan bersenang-senang. Lagi pula apa gunanya kau membantu-bantu orang tuamu.

Kelana kembali dia berpikir. Sementara Si Hitam memamer-mamerkan buku-buku di depan muka Kelana dan memasang-masang selimut di tubuh Kelana.
Perlahan wajah Kelana berona riang.

Kelana : 
(Riang) Ya, ya, kau benar. Ah, kau memang benar-benar seorang sahabat.

Si Hitam : 
Nah, kalau kau memang mau, aku bisa menolongmu.

Kelana : 
Apa yang bisa kau perbuat untuk menolongku?

Mahatari : 
(Berputus asa) Oh, Kelana, jangan dengarkan dia. Dia bukn akan menolongmu, tapi akan mencelakakanmu!

Si Hitam : 
Jangan pedulikan dia.
Coba kau tarik lagi selimut ke tubuhmu!

Kelana berbaring dan perlahan menyelimuti tubuhnya.

Si Hitam : 
Nah, hangat, bukan?

Kelana : 
Ya, enak sekali! Hangat rasanya!

Matahari + Koor : 
Bangunlah, Kelana. Jangan kau isi hari-hari mu dengan malas.
Ayo, semangatlah.
Buang selimut.
Basahi tubuhmu dengan dingin air pagi yang segar.

Dengar, dengar.
Suara kawan-kawanmu memanggil untuk bersama menuju sekolah.

Koor 2 : 
Kelana, Kelana
Mari kita bersama berangkat ke sekolah

Ayo, Kelana
Mari kita jumpai bapak dan ibu gutu
Yang selalu kita rindukan

Si Hitam : 
Ayo. Kelana, berbaringlah dengan nyaman! Tak usah kau sekolah hari ini. Bukankah tak apa-apa kau membolos sehari saja. 

Kelana : 
Tapi, bagaimana dengan papa dan mama?

Si Hitam : 
Ah, gampang. Kau katakan saja kau sakit.

Kelana : 
Tapi aku nanti akan disuntik oleh dokter. Oh, tidak, aku tidak mau disuntik.

Si Hitam : 
Ya, kau katakan saja kalau guru rapat hari ini.

Kelana : 
Tidak bisa. Kalau guru rapat, tidak pernah pada jam sekolah.

Diam 

Si Hitam : 
Baiklah. Sekarang begini saja. Kau katakan dengan tegas orang tuamu, bahwa kau akan pergi sekolah jika dibelikan sepeda motor. Katakan, itu untuk mendukung sekolahmu. Kau harus katakan juga, kau malu, jika kau masih saja berjalan kaki ke sekolah, sementara kau adalah anak orang kaya.

Kelana : 
Ya! Ya, itu adalah alasan yang paling cerdas. Ah, kau benar-benar sahabat sejati!

Si Hitam : 
Nah, berbaringlah dengan nyaman. Dan sambil berbaring, bacalah buku-buku ini.

Kelana : 
Buku apa ini? Bagus sekali!

Si Hitam : 
Ya, memang buku-buku ini bagus-bagus, dan khusus kuberikan untuk anak-anak sepertimu.

Koor 2 : 
Ayo, Kelana
Segeralah bersiap
Kami menunggu

Kawan 1 : 
Ah, mengapa Kelana belum juga keluar?

Kawan 2 : 
Ya, apakah ia sakit?

Kawan 3 : 
Atau mungkin dia masih tidur?

Kawan 4 : 
Masih tidur? Aduh, memalukan sekali!
Marilah kita panggil kembali!

Koor 2 : 
Kelana, kami menunggu
Marilah kita bersama menuju hari esok yang cerah

Koor 1 : 
Kelana, terimalah cahayaku
Hangatilah hatimu
Jangan biarkan malam terus ada dalam dirimu

Kelana : 
Tidak, tidak!
Aku tidak mau sekolah
Aku lebih suka untuk terlambat bangun
Aku lebih suka untuk bersenang-senang

Si Hitam : 
Nanti, agar kau lebih bahagia....

Kelana : 
Katakan cepat, apa pun akan kulakukan. Pokoknya aku bisa senang-senang.

Si Hitam : 
Mudah. Pertama, kau tak boleh membuat pr-mu. Kemudian curilah uang orang tuamu, untuk kau jajan apa saja yang kau suka, lalu berpura-puralah tidak tahu jika mereka kehilangan atau bertanya.

Ingat, jangan sekali-kali mematuhi orang tua atau gurumu. Ah, kau akan benar-benar bebas, seperti burung di angkasa.

Kelana : 
Wow, alangkah mudah cara-caranya. Aku kuikuti nasehatmu, Hitam sabahatku.


ADEGAN 2

Kelana tidur dengan nyenyak. Beberapa orang dengan pakaian yang aneh masuk. Orang-orang aneh ini berputar-putar mengelilingi Kelana.

Si Hitam : 
(tertawa-tawa)
Ayo, Kelana, ayo bersenang-senang
(menarik Kelana)
Bersenang-senanglah, Kelana
Sekolah bukan tempatmu
Tempatmu adalah di depan PS, di lapangan dan di depan televisi serta membaca komik hingga larut malam.

Si Hitam menari-nari memutari panggung. Kelana bangun.

Kelana : 
(terkejut)
Siapa kalian!

Orang-Orang Aneh : 
Oh, kami adalah kau, Kelana.

Kelana : 
Kalian adalah aku?

Orang-Orang Aneh : 
Kami adalah bentukmu pada hari esok nanti.

Kelana : 
Mengapa bentuk kalian begitu aneh dan menakutkan. Ada yang buta, ada yang badannya penuh lumpur dan ada juga yang tubuhnya terikat dengan erat. Ah, tak mungkin kalian adalah aku.

Orang Aneh 1 : 
Lihatlah baik-baik, Kelana, karena kau selalu tidak naik kelas, maka kau akan penuh lumpur dan hina, yang kelak akan menangis menyesal.

Orang Aneh 2 : 
Sedangkan aku, adalah kau yang kelak buta dan tersesat, yang tak tahu jalan serta kehilangan cita-cita, karena kau tak pernah mau belajar.

Orang Aneh 3 : 
Aku, aku adalah kau yang kelak terikat oleh kebodohan, sebagai akibat kau malas sekolah dan membaca buku ilmu pengetahuan. Kau juga terikat, karena tanganmu meemang tak pernah digunakan untuk membantu orang tua dan orang lain yang membutuhkan pertolonganmu.

Orang-Orang Aneh : 
Ya, kami adalah kau yang sengsara di hari tua. Kau sengsara, buta, berlumpur, hina dan terikat.

Kelana : 
Kalian bohong!

Orang Aneh 1 : 
Tidak, Kelana. Kami tidak berbohong, kami adalah kau di masa depan. Kami adalah hasil perbuatanmu sekarang.

Orang Aneh 2 : 
Ya, kami adalah akibat perbuatan Kelana di hari ini.

Orang Aneh 3 : 
Hai, Kelana, dengar! Kami tidak mau menjadi begini. Kau harus bertanggung jawab!

Kelana : 
Apa mau kalian!

Orang Aneh 1 : 
Kau harus bangun pagi!

Orang Aneh 2 : 
Kau harus sekolah!

Orang Aneh 3 : 
Kau tidak boleh malas!

Kelana : 
Tidak! Aku tidak mau! Jangan ganggu aku!

Orang Aneh 1 : 
Kami tidak mengganggumu, tapi kami adalah kau yang mengganggu dirimu sendiri!

Orang Aneh 2 : 
Ya, kami adalah kau yang merugikan dirimu sendiri!

Orang Aneh 3 : 
Kau harus bertanggung jawab, Kelana. Sebagai akibat perbuatanmu, maka kau sendiri menjadi seperti yang kami alami kini.

Orang-Orang Aneh mendekati dan mengepung Kelana. Kelana dipegang erat. Sementara Kelana meronta-ronta.

Orang-Orang Aneh : 
Ayo, bangun!
Bangun, pemalas!
Ayo, bangun orang yang buta!

Kelana : 
Tidak! Jangan ganggu aku!
Lepaskan, lepaskan!

Koor 1 : 
Kelana, bangunlah.
Lihatlah matahari telah bersinar hangat

Orang-Orang Aneh : 
(menarik-narik Kelana)
Bangun, pemalas.
Kau memang harus dihukum.
Ayo, pasang ranti kebodohan ini padanya.
Ayo, buat matanya jadi buat biar dia tersesat dalam hidupnya.
Ayo, lemparkan dia ke lumpur kebodohan.
Buat hidupnya jadi terhina!

Kelana : 
Lepaskan, lepaskan aku!

Orang-Orang Aneh : 
Kau harus merasakan apa yang telah kau perbuat, Kelana.
Rasakan ini!
Kau harus bertanggung jawab!

Kelana diputar-putar oleh orang-orang, dan dilempar-lempar ke sana kemari. Kelana terus memberontak dan berteriak-teriak. Orang-orang Aneh kemudian memegang erat tubuh Kelana, lalu salah satunya menusuk mata Kelana. Selanjutnya Kelana diikat.

Kelana : 
Oh, mengapa mataku. Oh, mengapa aku terikat. Tolong, lepaskan, lepaskan aku. Tolong!

Kelana terjatuh dan meraba-raba.

Orang-Orang Aneh : 
Rasakan olehmu, bagimana menjadi buta akan ilmu dan terikat oleh kebodohan. Rasakan oleh tubuhmu dipenuhi oleh rasa hina.

Orang-Orang Aneh dengan tertawa-tawa pergi meninggalkan panggung. Kelana terus memberontak, meraba-raba dan mencoba melepaskan diri dari ikatan.

Matahari masuk dengan wajah muram dan sedih.

Matahari : 
Kelana....

Kelana : 
Oh, engkau matahari.
Matahari, tolonglah aku. Sembuhkan mataku. Lepaskan ikatanku.

Matahari : 
Tidak, Kelana. Tugasku hanya membangunkanmu pada pagi hari. Selanjutnya terserah padamu apa kau ingin bangun atau tidak.
Nyatanya, kau hanya ingin bermalas-malasan. Kau telah berpikir, bahwa hidupmu hanya untuk hari ini saja.
Kau hanya berpikir, bahwa orang tuamulah yang akan selalu menolongmu.
Kau lupa kalau masih ada hari esok. Kau lupa.
Nah, kau terimalah akibatnya.
Aku sendiri tak dapat menolongmu dan memang tak ada yang dapat menolongmu. Hanya engkau, hanya engkau sendiri, Kelana, yang dapat menolongmu.

Matahari keluar.
Kelana kembali memberontah dan meraba-raba, hingga kemudian terjatuh.

Si Hitam masuk sambil berjingkrak-jingkrak gembira.

Si Hitam : 
Bagaimana, Kelana, kau senang?

Kelana : 
Hitam, mengapa aku jadi begini? Lepaskan dan bebaskanlah aku.

Si Hitam : 
Oh, bukankah telah kuberikan kebebasan itu padamu? Kau bebas untuk tidak bangun pagi, kau bebas untuk tidak ke sekolah, dan kau bebas untuk tidak membantu orang tua.

Kelana : 
Tapi mengapa aku jadi begini!

Si Hitam : 
Ya, tentu harus begitu. Sebenarnya keadaanmu memang sudah menjadi seperti itu, ketika kau memutuskan untuk menjadi sahabatku. 

Si Hitam tertawa. 

Si Hitam : 
Tentu aku juga tak mungkin melepaskanmu. Aku senang melihat kau dalam keadaan seperti itu. Dan sebenarnya....

Diam 

Si Hitam : 

(Berbisik) Kalau tidak kau pedulikan atau cuek saja, sebentar saja kau akan terbiasa dengan keadaanmu seperti ini. Bahkan, mungkin kau akan menikmatinya.

Si Hitam kembali tertawa-tawa sambil berputar-putar di sekeliling Kelana.

Kelana : 
Kau pembohong! Kau katakan bahwa dengan aku bersenang-senang, maka masa depanku pun akan senang juga.
Nyatanya, aku tak dapat berbuat apa-apa! Kau bohong!

Si Hitam berputar semakin cepat mengelilingi Kelana. Kelana semakin ketakuan dan berteriak.teriak. Si Hitam sambil terus tertawa keluar. Kelana tiba-tiba terjatuh.

Sunyi.

Perlahan Kelana bangun.

Kelana : 
Oh, aku bermimpi.

Kelana bangun dan berjalan bersijingkat mengelilingi panggung.

Kelana : 
Mimpi yang sangat menakutkan.

Sunyi 

Kelana : 
Oh, apakah memang demikian, jika aku malasa untuk ke sekolah. Benarkah aku akan menghukum diriku sendiri nantinya, jika sekarang aku malas untuk belajar dan pergi ke sekolah?

Koor 2 : 
Kelana!
Mari kita ke sekolah
Mari kita membaca buku
Mari kita menuntut ilmu
Mari kita songsong masa depan yang cerah

Kelana : 
Oh, benarkah aku akan buta, berlumpur, terikat dan hina, jika aku malas pada hari ini. Oh, tidak. Kalau demikian aku tidak mau buta akan ilmu. Aku tidak mau terikat oleh kebodohan
Aku tidak mau menjadi hina
Aku harus belajar
Aku harus sekolah!

Koor 2 : 
Kelana!

Kelana : 
Ya, kawan-kawan, tunggulah aku!
Aku akan bersiap bersama kalian
Aku akan ke sekolah, belajar dan bermain bersama kalian.


SELESAI
Kepahiang, Juli 2001



Emong Soewandi
Emong Soewandi Blogger sejak 2012, dengan minat pada sejarah, sastra dan teater

Post a Comment for "MIMPI SI KELANA (DRAMA ANAK-ANAK DAN REMAJA)"