CERITA RAKYAT SERAWAI: SANG PIATU MENEMPA BESI
![]() |
Ilustrasi |
Sang Piatu menjawab ragu-ragu, “Saya kira, raja tidak akan mau, Nek.”
“Cobalah dulu, Cu,” kata nenek meyakinkannya.
Akhirnya, Sang Piatu memberanikan diri pergi ke dusun. Setibanya di sana, ia melihat raja sedang mengikir parang dan sengkuit. Ia pun mendekat dan duduk.
“Mau ke mana, Sang Piatu?” tanya raja.
“Ah, saya tidak pergi ke mana-mana. Saya hanya disuruh nenek mengantarkan besi ini. Kami mohon dibuatkan parang dan sengkuit, masing-masing satu.”
Raja menerima besi itu dan berkata, “Baiklah, besimu ini bagus. Tinggalkan saja. Lusa datang lagi ke sini untuk mengambilnya.”
“Baik, kalau begitu saya akan pulang membantu nenek menghidupkan api,” kata Sang Piatu.
“Pulanglah,” jawab raja.
Sang Piatu pun kembali ke pondoknya.
“Nek,” katanya setiba di rumah, “kata raja lusa aku harus datang lagi ke dusun.”
“Mengapa, Cu?” tanya nenek.
“Katanya besi kita itu bagus,” jawab Sang Piatu.
Dua hari kemudian, Sang Piatu kembali ke dusun untuk menjemput parang dan sengkuit yang dijanjikan. Ia bertemu kembali dengan raja dan bertanya, “Bagaimana, Raja? Parang dan sengkuit kami sudah jadi?”
“Ah, Sang Piatu,” jawab raja, “besimu itu ternyata buruk. Sudah banyak dimakan bubuk.”
Sang Piatu terdiam. “Kalau begitu, kami tidak akan mendapatkan parang dan sengkuit?”
“Ya, tentu saja. Karena besimu sudah rusak,” jawab raja.
“Baiklah,” kata Sang Piatu, “kalau begitu saya pulang saja.”
Dalam perjalanan pulang, ia melewati sebuah tebat (kolam besar). Di sanalah muncul ide cerdiknya. Ia mulai mengoyak-ngoyak daun pisang yang telah kering, lalu membakarnya di dekat tebat. Sambil berpura-pura panik, ia berteriak-teriak minta tolong.
![]() |
Ilustrasi |
Tak lama kemudian, orang-orang dari dusun berdatangan. Mereka bertanya dengan cemas, “Ada apa, Sang Piatu? Ada bahaya apa?”
“Ah, ini... tebatku terbakar!” teriak Sang Piatu.
Raja pun datang dan berkata, “Tidak mungkin tebat terbakar, sebab tebat itu berisi air!”
“O, jadi tebat itu air, ya, Raja?” sahut Sang Piatu.
“Ya, tebat itu air,” jawab raja.
“Kalau begitu, bagaimana mungkin besi bisa dimakan bubuk?” balas Sang Piatu dengan tenang.
Orang-orang yang hadir terdiam. Mereka mulai berpikir. Ya, memang benar, besi tak mungkin dimakan bubuk seperti kayu.
Akhirnya, karena merasa malu dan bersalah, raja pun memberikan parang dan sengkuit yang telah ditempanya kepada Sang Piatu.
Post a Comment for "CERITA RAKYAT SERAWAI: SANG PIATU MENEMPA BESI"
Berkomentarlah dengan bijak. Semua komentar mengandung kata-kata tidak pantas, pornografi, undangan perjudian, ujaran kebencian dan berpotensi rasial, akan kami hapus