Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

DRAMA: TEMPAT

TEMPAT

Dimana kebaikan dihempas oleh arogansi, keangkuhan, keterpurukan serta kemunafikan dalam sebuah tempat yang tersemai di hamparan usang pada batas garis kematian dari satu orang dengan berbagai perjuangan, cinta dan juga kebersamaan

Karya: Rudi Remakong


Ilustrasi. Sumber pngfind.com


Adegan 1

Panggung terang, setting panggung telah siap diatas panggung, kemudian 8 orang mulai masuk, ekspresi tegas.

Semua pemain:
Tangan telah memanggil kembali
seberkas cerita mengukir
yang terlalu lama diam
tanpa ada bisikan sapa dari sana
Batas kematian 1:
Memang, disini belum bergerak
buat apa yang teringin
mungkin akan . . .
mungkin tidak . . .

Kehormatan:
Sebab keadaan membatu dalam ke-egoisan
karna rahang sudah cukup kuat
meremuk semua keinginan
bersama lambaian angin hitam

Perempuan 1, 2 & 3:
Lalu rasa rindu bulan
tak relakan perjuangan jatuh kekal
pada jerah serta lamunan kosong

Batas kematian 1 & 2:
Bila sungguh terus dampingi
kau akan jadi angan tepat
menepis tepukkan salah mereka.

Setelah membaca puisi semua orang keluar panggung, kemudian 1 orang lagi tinggal di panggung, dengan ekspresi terpukau.

Kehormatan:
Aku melihatnya...
Ada sesuatu yang lain di ujung sana
dia menatap langit
dan hanya ditemani bayang-bayang
yang merah seperti matahari.

- Tapi mengapa
harus kita yang mengalami
apakah dia diri kita ?
atau hanya jadi bagian pelengkap saja !

Adegan 2

Semua pemain laki-laki masuk menari dengan gaya silat sambil diringi musik lalu berpose, kemudian perempuan 1 & 2 membaca puisi dengan keadaan bersedih dalam peperangan.

Perempuan 1, 2 & 3:
Berdiri menatap semua keinginanmu
lalu kau datang dengan penuh perjuangan
kemudian suasana yang biasa menjadi istimewa
banyak senyum yang terberi
dengan harapanmu yang penuh

Perempuan 1, 2 & 3:
Tapi begitu cepat kau mantapkan tujuanmu
bayang-bayang mungkin sulit buat menerimanya
namun ini tentu adalah jalan pilihan
maka akan kami terima.

Perempuan 1, 2 & 3:
Namun, kau takkan pernah tahu
bahwa di depan sana juga telah menunggumu
yaitu sesuatu yang tak mengenakan
saat mentari padam nanti
keadaan itu memanggil untuk akhir perjalanan ini
berhati-hatilah
dan jaga dirimu.

Kemudian kehormatan bersikap bangga dan 3 perempuan membalikan badan lalu keluar panggung, kemudian 4 orang lagi mulai bergerak tergesa-gesa dan memojoki kehormatan serta bersiap-siap untuk membunuh kehormatan.

Adegan 3

Batas kematian 1:
Sekarang, telah tiba masa untuk kematianmu !

Batas kematian 2:
Kau telah terkepung, tak ada jalan bagimu untuk keluar dari sini.

Batas kematian 3:
Berhentilah, tak ada lagi waktu untukmu.

Batas kematian 4:
Menyerahlah, pada garis kematian, dimana saja kau melangkah.

Ketika pertarungan berlangsung dengan sengitnya, kemudian kehormatan terpojok kembali dengan garis kematian.
Perkelahian sengit dimulai, kehormatan mengambil pedangnya dari bilik samping kanan pinggangnya, kemudian kehormatan diserang dan dibunuh oleh para batas kematian.

Kehormatan:
Kalian adalah jalan yang salah, kembalilah pada kebenaran, jika memang disini batasku, akan kuterima semua kenyataan, bahwa perjalananku adalah, kematianku, lalu ini semua akn jadi keterpurukan bagi kalian, ingatlah dan kembali pada garis kebenaran.

Setelah kehormatan terbunuh, tiba-tiba tak terduga batas kematian 1 & 3 membunuh rekannya sediri yaitu batas kematian 2 & 4 hingga kematian menjemput mereka juga.

Adegan 4

3 perempuan masuk panggung dan terkaget melihat kehormatan serta batas kematian 2 & 4 yang telah mati, ekspresi sedih.

Perempuan 1, 2 & 3:
Apa yang mereka lakukan, sudah puaskah mereka menumpaskan nyawa orang-orang yang tak bersalah, apa yang mereka fikirkan, menjadi dari satu yang terkuat, apakah itu yang mereka inginkan, sebenarnya, tak ada yang mesti mereka perebutkan, kehormatan ini tidaklah hancur.
(Terdiam dan merenung sedih)

- Hanya saja, kehormatan ini telah terhasut oleh satu orang yang disebut jalan kematian dan dia pun tak terlihat, dia berada dalam hati nurani orang-orang yang bobrok, coba mereka dengar...
Mulai mencoba berjalan
agar temukan arah
mungkin mantapi hati
buat melepas letih pencariaan
di sebuah sampan kecil
tempat mengasah kemampuan

- Inilah seorang bocah
yang dulu mengepal jari dekat simpang kota
tuk sebarkan paksa dan siksa jiwa
pada ketulusan cinta berbuah hina
Mari kita lihat...
begitu lekat keangkuhan
tersimpan dari binar mata merahnya
kerna lama gelap tiduri
hingga putih remuk serta sepi

- Maka satu jejak nyala
kejar sapaan cahaya
yang tenggelam jauh
Lalu tanam impian
biar esok tersemai rapi
jalur murni.

- Tapi, dia telah berubah, keangkuhannya telah menjadi ketulusan sejati dengan membelah kehormatannya orang lain, dan yang mereka lakukan apa, sebuah sandiwara yang mengakhiri kehormatan mereka sendiri, apakah itu ?
Dan sekarang adalah waktu untuk menuju batas tujuan kita masing-masing.

Setelah 3 perempuan meratap kesedihan atas kematian kehormatan serta batas kematian 1, 2 & 3, perlahan lampu mati, black out.

Adegan 5

Lampu perlahan menyala, 8 orang masuk dan berpose.

Semua pemain:
Telah usai semua cerita pahit
Yang sudah kita lalui dari setiap perjalanan ini
Akan tetapi, kesedihan menjadi luka yang dalam
Saat terurai dari lukisan tentang perjuangan

- Tak ditemukan keindahan, kebahagiaan serta kedamaian
Lantas, dimanakah kita harus mencari lagi
Dimanakah lagi tempat agar kita dapat menggapainya.

Kemudian kehormatan tertarik kembali ketika melihat satu titik yang terang dan yang lain kebingungan dengan sikap kehormatan.

Kehormatan:
Lihat, ada sebuah harapan di sana, tergambar jelas pada matahari yang merah itu dan mungkin juga sebagai penguat kebersamaan ini, agar tak terjadi lagi luka pada keadaan dan tempat kita sekarang, sebuah harapan disana sangat cerah dan begitu menyilaui hati ini, serta memanggil juga mengajak kita ke sana, ayo kita mendekat, lebih dekat, lebih dekat lagi...

- Asyik...
Begitu asyik...
Semakin mengasikkan...
Oh.... Matahari.....

Lampu mulai redup kemudian panggung kosong.

SELESAI

Emong Soewandi
Emong Soewandi Blogger sejak 2012, dengan minat pada sejarah, sastra dan teater

Post a Comment for "DRAMA: TEMPAT"