Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

DRAMA: BENDERA SETENGAH TIANG

Bendera Setengah Tiang

(Terinspirasi dari Puisi Negeri Para Bedebah: Adhie M Massardi)

Karya: 
Zohry Junedi


Prolog
Terlalu naïf bagi negeri ini, bila harus kisah ini kusimpan sendiri dalam kukungan ketidakadilan, keserakahan dan kesewenang wenangan, bangsa ini sudah terlalu sabar mentolerir setiap dosa dosa yang kemudian dianggap musibah masal sebagai kambing hitam atas kita, biar pertiwi ini tau bahwa dinegeri ini pernah ada satu kisah yang mungkin saja tidak patut diteladani, oleh kita.

ADEGAN I
(Instrument Music: Merpati Putih, Erwin Gutawa)

Muncul sosok bayangan 2 orang kelam, tidak terlalu jelas apa yang mereka bicarakan, mereka terlibat dalam transaksi gelap, konspirasi!

ADEGAN II
(Countinue Instrument Music: Merpati Putih)

Seorang lelaki tak muda, muncul perlahan lahan menuju tiang bendera yang telah dikibarkan setengah tiang sebagai perlambang duka atas banyak pristiwa yang menimpa ibu pertiwi. Disusul beberapa orang penghuni pemukiman kumuh, dibawah kolong langit itu.

Orang Tua:
(Hormat penuh haru ketiang bendera)

Pengemis I:
(mengais ngais sampah berharap menemukan sesuatu yang bisa dimakan)

Pengemis II:
(masuk memulung sampah disekitar panggung)

Wanita I,II:
(mencuci baju dipinggir sungai)

Wanita III dan anaknya:
(sibuk menimang bayinya yang kurang gizi)

Pengemis I:
(sambil terus melahap sisa2 makanannya)
hei orang tua, berhentilah menggoda bendera itu, setiap hari kulihat kau selalu berdiri tak pantang sekalipun panas, lihatlah tubuhmu sekarang kurus serupa bambu tua itu,

Pengemis II:
Bagooss . . . Bagooss . .

Pengemis I:
Hei orang tua, sebenarnya apa yang kau harapkan dari sikapmu itu?? Sepanjang hari hanya menatap bendera itu saja, Dasar orang tua goblok, orang tua aneh!

Pengemis II:
Betul . . . Betul . . .

Pengemis I:
Wahai orang tua, berhentilah menjadi orang sok idealis seperti itu, berhentilah menjadi orang suci, takkah kau lihat di negeri ini tidak ada lagi namanya keidealisan, tidak ada lagi orang orang sok suci sepertimu, terlebih lagi orang miskin,ya kayak situ!!! semuanya serigala berbulu racun, sudah tidak ada lagi orang – orang yang dapat dipercaya dinegeri ini,

Pengemis II:
Betul . . . betul . . .

Pengemis I:
negeri ini adalah negeri para bedebah, hahahaaa . . . .
kau tau ciri ciri negeri para bedebah wahai orang tua???
Itulah negeri yang para pemimpinnya hidup mewah
Tapi rakyatnya makan dari mengais sampah
Atau menjadi kuli negeri orang
Yang upahnya serapah dan bogem mentah

Pengemis II:
Betul . . . betul . . .

Pengemis I:
Di negeri para bedebah
Orang baik dan bersih dianggap salah
Dipenjarakan hanya karena sering ketemu wartawan
Menipu rakyat dengan pemilu menjadi lumrah
Karena hanya penguasa yang boleh marah
Sedangkan rakyatnya hanya bisa pasrah

Pengemis II:
Betul . . . betul . . .

Pengemis I:
Hei pemulung goblok, tal tul tal tul, ngerti apa luh tentang negeri ini, sekolah aja ga. kau tau? kita semua ini adalah korban korban penindasan di negeri merdeka: lihat saja Gayus Tambunan dan Misbakhul, sekarang sedang enak enaknya menari di udelmu ituh??!!

Pengemis II:
betul betul betul . . .
He, udel husss!!! jangan sembarang klo ngomong ntar ditangkap Propam lho, heheee . . .

Pengemis I:
Heiii asal kamu tau yah, sekarang ini jamannya reformasi, semua orang bebas bersuara , liat aja Si Julia Perez bisa ikut nyalon bupati di pacitan dan si Maria Eva kasus video porno dulu dibolehkan nyalon jadi bupati sidoarjo ??!

Pengemis II:
Demokrasi ya Demokrasi Bos asal jangan kebablasan ajah,
Ohh ia satu hal lagi yang ingin kukatakan padamu ???

Pengemis I:
Apa tuh ???

Pengemis II:
Prikitiewwwwwwww . . . .!!!!?!?!

Pengemis I:
Brengsekkk!!!!!

(Pengemis I melanjutkan kembali makan dari mengais sampah)

Pengemis I:
Haaa, aku tau . . . aku tau . . . aku tau mengapa kau rela berdiri tegap penuh hikmad seperti ini setiap hari, aku tau, kau pasti Berharap dapat penghargaan dari presiden yah, akhhh, kau pasti ikut undian berhadiah yah, biar dapat uang banyak dari presiden yah, wah wah wah . . .
Ternyata kau licik juga orang tua!!!!
Wah klo begitu aku harus ikut berdiri juga . . . .

Pengemis II:
Iya betul betul . . .
Ha, hadiah berapa hadiahnya (segera menyusul hormat ke tiang bendera)
(Kemudian orang tua, Pengemis I dan II berdiri sambil hormat ke tiang bendera)

Pengemis I:
Akhh, berapa lama memangnya kita harus berdiri disini orang tua ?!
Akhhh demi uang aku akan bertahan disini wahai orang tua!!!

Pengemis II:
Iya betul betul betul . . . .

Pengemis I:
Stttt . . . .

Pengemis II:
Woyyy, sekalian penghuni pemukiman kumuh “Suka Mundur” kumpul, kita bakal dapet hadiah uang dari presiden susilo bambang yudhoyono, Kumpul...

Pengemis I:
Stttt jangan berisik ntar ga dapat hadiah loh. . . .

Wanita I :
(celingak celinguk kemudian ikut hormat ke tiang bendera)

Wanita II:
(kemudian ikut berdiri hormat ke tiang bendera)

Wanita III dan anaknya:
(ikut berdiri sambil menenangkan anak-anaknya)

ADEGAN III
(Instrument Music: Sirine Satpol PP disusul Buldozer)

Tiba – tiba muncul beberapa orang Satpol PP berniat menggusur lokasi pemukiman kumuh, disertai bolduzer2 yang gagah, siap meratakan Lokasi.

Pemuda:
Satpol, ada Satpol PP . . . Lariiiiiiiiiiiiii . . . . . !!!!!

Satpol PP:
(tanpa ba ..bi.. bu.., langsung datang menggusur lokasi, mempora porandakan pemukiman yang telah lama berdiri, dan bahkan melebihi umur para Satpol PP itu sendiri)

Semua Penghuni pemukiman kumuh:
(berteriak ketakutan, berusaha menyelamatkan diri sendiri)
Tolonggggg hentikan pak . . . .!!!

(Semua rumah rumah kumuh diratakan oleh bulldozer yang ganas,yang tersisa hanya sebuah tiang bendera, masih tegap berdiri)

Pengemis I:
Jangan!!!! Jangan pak, itu gubuk kami pak, itu tanah kami pak, itu satu satunya hak kami pak, jangan lagi kau hisap darah kami pak, apa salah kami, berapa banyak lagi air mata harus kami tumpahkan agar penderitaan ini segera usai, jangan pak jangan pak . . . . jangann!!!!

Wanita III:
Kami tau kami orang miskin pak dan kami memang tidak pernah menentang kalau kami miskin, kami memang tidak pernah protes karena memang kami selalu diam, tapi kalau begini apakah kami harus diam, didepan mata kami tuan tuan berlaku seperti penjajah, didepan orang tua kami, tuan tuan ajarkan untuk tidak menghormati sesama, didepan anak anak kami, tuan tuan ajarkan kemaksiatan, kekerasan dan pembunuhan, lantas apakah kami harus bisa terima??? Walau kami miskin tapi kami punya harga diri?!!! Kami Protess!!!!

Satpol PP:
(berusaha menghancurkan tiang bendera dan hendak merobek bendera)

Orang Tua:
Berhenti, antek antek penjajah!!! Orang orang suruhan pejabat tak berpusat, apa lagi yang hendak kalian rampas dari negeri ini???!
Belum cukupkah kebahagiaan kami yang telah kalian sandera, belum cukupkah air mata negeri ini kalian rampok, kami memang tidak punya apa apa lagi, karena memang telah kalian rampok, yang tersisa hanya nurani kami dan bendera itu!!!!

Satpol PP:
Orang tua goblok!!! Kalian dengar baik baik yah, Surat Keputusan Gubernur Provinsi Bedebah: nomor 999/SK-Penipuan/VII/2010 tentang penggusuran pemukiman kumuh “Suka Mundur” menimbang bla bla bla, mengingat bla bla bla, memperhatikan bla bla bla, memutuskan bla bla bla menetapkan bahwa pemukiman ini harus digusur dalam rangka pembangunan daerah metropolitan dan pembuatan rumah rumah bordil, mengerti!!!
Jadi tidak ada alasan lagi, semua harus diratakan termasuk bendera tua ini!!!!

Orang Tua:
Itu pertiwimu, sejak kau belum lahir aku telah berada diatas tanah ini bersama merah putih itu, dia satu satunya saksi perjalanan panjang bangsa ini, dia satu satunya lambang kejujuran yang tinggal dinegeri bedebah ini, sudah 40 tahun aku mempertahankannya dengan darah, untuknya aku rela menantang maut!!!

Satpol PP:
Apa yang kau bicarakan orang tua gila,
(kemudian satpol PP berusaha merobek bendera merah putih)

Orang Tua:
Berhenti kau bedebah!!!!

(berdiri kemudian mengambil pisau yang berada di saku satpol PP dan menikamnya, matiii!!!!)

(Instrument Music: Tanah Pusaka)

Epilog
Keriput yang menempel di pipi dan keningku memang menandakan aku sudah tak muda lagi, tapi jiwa dan darahku masih tetap merah kental seperti dulu, darah yang telah dikorbankan untuk merah putih, darah yang telah menjadi pengobar semangat ibu pertiwi, jadi tak seorangpun kubiarkan menyentuhnya, termasuk juga kau , Bedebah!!!!

THE END

Zohri Junedi
Bergabung di Sanggar Teater Petak Rumbia (STB) Bengkulu, sejak 2008. Aktor untuk beberapa pementasan STB di Bengkulu, Lampung, Palembang dan Curup. Pernah mewakili Provinsi Bengkulu pada lomba monolog Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) di Makasar, 2011. Saat ini bekerja sebagai PNS di Sekretariat KPU Provinsi Bengkulu.
Emong Soewandi
Emong Soewandi Blogger sejak 2012, dengan minat pada sejarah, sastra dan teater

Post a Comment for "DRAMA: BENDERA SETENGAH TIANG"