MASJID JAMIK DAN MADRASAH TARBIYAH ISLAMIYAH CURUP
Basis Perjuangan
Masjid Jamik Curup pernah menjadi masjid terbesar di Kabupaten Rejang Lebong pada masanya. Sebagai pusat pendidikan dan penerangan Islam di Kabupaten Rejang Lebong, masjid ini merupakan salah satu situs penting sejarah perkembangan Islam di Rejang Lebong dan pergerakan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) di Provinsi Bengkulu.
Dari pergerakan yang awal mula didirikan Inyiak Canduang, Maulana Syekh Sulaiman Arrasuli dan kawan-kawan, PERTI pun kemudian tumbuh di Curup. Sementara Curup telah menjadi salah satu basis terkuat organisasi pembela Islam Sunni Syafi’i ini di Provinsi Bengkulu.
Adalah Ki Zaidin Burhany, salah satu kader terbaik komunitas Masjid Jamik Curup, yang meneruskan studi ke Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang. Murid langsung Maulana Syaikh ini, pulang ke Curup sekitar 1934. Guna mewujudkan pesan Maulana Syekh, Ki Zaidin mengajak elite komunitas Masjid Jamik Curup belungguk bermusyawarah, untuk mendirikan madrasah sekaligus cabang organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah.
Muhammad Saleh adalah satu di antara elite di atas. Bersama beberapa tokoh lainnya, mantri hewan yang keseharian bertugas di Kelobak Kepahiang ini, sepakat menerima pesan dari Maulana Syekh lewat Ki Zaidin. Dengan dorongan para tokoh inilah, warga komunitas Masjid Jamik Curup tergerak. Sehingga ada di antara mereka yang dengan sukarela menyerahkan tanah pekarangan.
Masjid Jamik Curup disebut-sebut sebagai masjid tertua di Kabupaten Rejang Lebong, khususnya di Kota Curup. Didirikan pada 1885, mengikuti pola umum pengembangan syiar Islam model salafi sufi sunni Syafi’i. Pendekatan ini baik dari jalur Palembang dengan Masjid Agung Palembang sebagai pusatnya, maupun dari jalur Minangkabau dengan kontaknya yaitu Masjid Al Ikhlas yang terletak di Desa Padang Betuah, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah. Secara historis, masjid Al Ikhlas Padang Betuah, di Bengkulu Tengah ini dianggap sebagai salah satu masjid tertua di Provinsi Bengkulu, didirikan pada 1800 Masehi oleh Tuangku Haji Mansyur, dan telah ditetapkan sebagai cagar budaya..Tokoh asal Minangkabau ini mendirikan masjid dengan rangka bangunan berkonstruksi bahan kayu memakai pengait serba kayu dengan tembok atau dinding semen beralaskan non batu atau bata melainkan anyaman bilah bambu. Konstruksi tembok bangunan yang berbasis anyaman bambu lalu sisi luar dan dalamnya dioleskan semen ini disebut konstruksi “bidai”. Konstruksi Bidai seperti di Masjid Tertua di Provinsi Bengkulu ini merupakan konstruksi yang umum sekali bagi masyarakat di Provinsi Bengkulu. Ini bagian dari kearifan lokal yang teruji sebagai konstruksi tahan gempa. Seperti diketahui, Provinsi Bengkulu merupakan kawasan rawan gempa bumi baik tektonik maupun vulkanik.
Cagar Budaya Mesjid Padang Betuah, Bengkulu Tengah, sebagai model dasar Masjid Jamik Curup, Rejang Lebong (Foto: koleksi Emong Soewandi) |
Masjid Jamik Curup hari ini |
MTI Berdiri
SDTI Curup sendiri diresmikan berdiri pada 23 Juni 1953. Awalnya bernama Sekolah Rakyat (SR) Islam Perti. Didirikan untuk mendukung kebijakan pemerintah pasca kemerdekaan RI. Selain juga untuk memperkuat basis layanan pendidikan yang telah diselenggarakan sebelumnya. Jadi, pendirian sekolah ini juga diharapkan dapat berfungsi untuk mengembangkan potensi umat.
Gedung bersejarah, MTI Curup (2019), di sisi Jalan Merdeka, Curup |
Ladang Perjuangan
Pengembangan perjuangan organisasi pembela Islam Sunni Syafi’i di Nusantara ini di Curup memang faktual. Gerakan dan perkembangannya menjadi lebih maju. Basis sosialnya yang turun dari Masjid Jamik Curup itu meningkatkan kepercayaan masyarakat secara luas di Kabupaten Rejang Lebong dan sekitar bahkan di wilayah Provinsi Bengkulu.
Terbukti pada tahun 1968 warga Air Rambai dengan sukarela menyerahkan lahan kepada organisasi ini untuk difungsikan sebagai tempat pendidikan yang khas. Selanjutnya berdirilah MTI Air Rambai, Curup. Madrasah tersebut lebih dikhususkan sebagai wahana kaderisasi pendidik. Buya HM. Arsyad Thahara, BA, salah satu lulusannya, yang kemudian menjadi salah seorang ulama terkemuka di Provinsi Bengkulu.
Sejak itulah progres gerakan perjuangan organisasi ini menjadi lebih meningkat. Hingga sempat mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Curup pada tahun 1989. Pada saat inilah Yayasan Tarbiyah Rejang Lebong dibentuk. Selain mengurus STIT dan unit pendidikan lainnya, juga untuk mengurus Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Pembangunan yang juga baru didirikan.
92 tahun organisasi ini sudah berdiri. Telah 82 tahun pula ia berkiprah di Rejang Lebong. Tentu banyak hal yang perlu dievaluasi. Baik terkait kuantitas maupun kualitas gerakannya. Baik yang bersifat hardware maupun yang berupa software. Apalagi terkait relasi sejarah MTI dan Masjid Jamik Curup, di mana gerakan organisasi ini di Rejang Lebong bermula.
Memang, jika melihat aset yang masih dikelola baik di Pasar Baru maupun di Komplek Air Rambai, Kabupaten Rejang Lebong secara organisatoris Persatuan Tarbiyah Islamiyah masih lebih baik dari kabupaten lainnya di Provinsi Bengkulu. Pula secara nasional, Rejang Lebong mungkin termasuk cabang dengan kategori kecakapan pengelolaan asset perjuangan organisasi berada di jenjang paling bawah ke menengah. Terbukti dengan masih beroperasinya SDTI Curup, MTs TI Curup dan SMK Pembangunan Curup.
Suplemen: Reorganisasi
* Penulis adalah pelayan di Pondok Pesantren Nurul Huda Sukaraja, OKU Timur, Sumsel. Sejak 2015, bolak-balik Sumsel-Bengkulu guna mengabdi di SDTI Curup. Sejak 2018, Ketua Ikanuha 2015-2020 ini dipercaya juga sebagai Ketua PC Tarbiyah-Perti Rejang Lebong.
https://tarbiyahislamiyah.id/basis-perjuangan-itu-masjid-jamik-curup-surau-pendiri-madrasah-tarbiyah-islamiyah/
Post a Comment for "MASJID JAMIK DAN MADRASAH TARBIYAH ISLAMIYAH CURUP"
Semua komentar mengandung kata-kata tidak pantas, pornografi, undangan perjudian, ujaran kebencian dan berpotensi rasial, akan kami hapus