Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

MASJID JAMIK DAN MADRASAH TARBIYAH ISLAMIYAH CURUP

Masjid Jamik Curup, circa 1960
D.M.S. Harby*
Editor: Emong Soewandi

Basis Perjuangan

Masjid Jamik Curup pernah menjadi masjid terbesar di Kabupaten Rejang Lebong pada masanya. Sebagai pusat pendidikan dan penerangan Islam di Kabupaten Rejang Lebong, masjid ini merupakan salah satu situs penting sejarah perkembangan Islam di Rejang Lebong dan pergerakan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) di Provinsi Bengkulu.

Dari pergerakan yang awal mula didirikan Inyiak Canduang, Maulana Syekh Sulaiman Arrasuli dan kawan-kawan, PERTI pun kemudian tumbuh di Curup. Sementara Curup telah menjadi salah satu basis terkuat organisasi pembela Islam Sunni Syafi’i ini di Provinsi Bengkulu.

Adalah Ki Zaidin Burhany, salah satu kader terbaik komunitas Masjid Jamik Curup, yang meneruskan studi ke Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang. Murid langsung Maulana Syaikh ini, pulang ke Curup sekitar 1934. Guna mewujudkan pesan Maulana Syekh, Ki Zaidin mengajak elite komunitas Masjid Jamik Curup belungguk bermusyawarah, untuk mendirikan madrasah sekaligus cabang organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah.

Muhammad Saleh adalah satu di antara elite di atas. Bersama beberapa tokoh lainnya, mantri hewan yang keseharian bertugas di Kelobak Kepahiang ini, sepakat menerima pesan dari Maulana Syekh lewat Ki Zaidin. Dengan dorongan para tokoh inilah, warga komunitas Masjid Jamik Curup tergerak. Sehingga ada di antara mereka yang dengan sukarela menyerahkan tanah pekarangan.

Masjid Jamik Curup disebut-sebut sebagai masjid tertua di Kabupaten Rejang Lebong, khususnya di Kota Curup. Didirikan pada 1885, mengikuti pola umum pengembangan syiar Islam model salafi sufi sunni Syafi’i. Pendekatan ini baik dari jalur Palembang dengan Masjid Agung Palembang sebagai pusatnya, maupun dari jalur Minangkabau dengan kontaknya yaitu Masjid Al Ikhlas yang terletak di Desa Padang Betuah, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah. Secara historis, masjid Al Ikhlas Padang Betuah, di Bengkulu Tengah ini dianggap sebagai salah satu masjid tertua di Provinsi Bengkulu, didirikan pada 1800 Masehi oleh Tuangku Haji Mansyur, dan telah ditetapkan sebagai cagar budaya..

Tokoh asal Minangkabau ini mendirikan masjid dengan rangka bangunan berkonstruksi bahan kayu memakai pengait serba kayu dengan tembok atau dinding semen beralaskan non batu atau bata melainkan anyaman bilah bambu. Konstruksi tembok bangunan yang berbasis anyaman bambu lalu sisi luar dan dalamnya dioleskan semen ini disebut konstruksi “bidai”. Konstruksi Bidai seperti di Masjid Tertua di Provinsi Bengkulu ini merupakan konstruksi yang umum sekali bagi masyarakat di Provinsi Bengkulu. Ini bagian dari kearifan lokal yang teruji sebagai konstruksi tahan gempa. Seperti diketahui, Provinsi Bengkulu merupakan kawasan rawan gempa bumi baik tektonik maupun vulkanik.
Cagar Budaya Mesjid Padang Betuah, Bengkulu Tengah,
sebagai model dasar Masjid Jamik Curup, Rejang Lebong
(Foto: koleksi Emong Soewandi)

Konstruksi di Masjid Padang Betuah ini terbukti teruji tahan gempa sejak tahun 1800 hingga tahun 2021 ini. Dan konstruksi itulah yang kemudian tercitra pula menjadi inspirasi konstruktif bagi bangunan Masjid Jamik Curup sebagaimana terlihat pada photo di atas. Ini tak heran mengingat komunitas inti jamaah Masjid Jamik Curup adalah di antaranya pendatang dari Padang Betuah dan sekitarnya.
Masjid Jamik Curup hari ini

MTI Berdiri

Di atas tanah yang tak jauh dari seberang kiri Masjid Jamik Curup itulah pada tahun 1938 didirikan Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Curup. Serta didaulat pula tokoh Muhammad Saleh sebagai ketua cabang pertama. Dengan kedudukannya ini juga, maka tokoh ini pun kemudian dikenal dengan sebutan “Datuk Cabang”. Mengingat kondisi tanah yang merupakan jurang, maka gedung yang dibangun model panggung. Agar lebih leluasa untuk pelayanan pendidikan kala itu. Di samping untuk MTI Curup, gedung tersebut juga dipergunakan sebagai kantor cabang organisasi yang berdiri di Canduang pada 05 Mei 1928 ini.

Sekarang, setelah beberapa kali rehab kecil dan sedang, gedung tersebut hanya dipakai untuk Sekolah Dasar Tarbiyah Islamiyah (SDTI) Curup. Sebelumnya, gedung juga digunakan untuk Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyah Islamiyah (MI-TI) Pasar Baru. Dimana operasional gedung diterapkan secara bergantian. Pagi untuk SD dan sore untuk MI. Namun, sejak tahun 2000-an, MI berhenti beroperasi. Sementara MTI Curup, berhenti di tahun 1980-an.

SDTI Curup sendiri diresmikan berdiri pada 23 Juni 1953. Awalnya bernama Sekolah Rakyat (SR) Islam Perti. Didirikan untuk mendukung kebijakan pemerintah pasca kemerdekaan RI. Selain juga untuk memperkuat basis layanan pendidikan yang telah diselenggarakan sebelumnya. Jadi, pendirian sekolah ini juga diharapkan dapat berfungsi untuk mengembangkan potensi umat.

Gedung bersejarah, MTI Curup (2019), di sisi Jalan Merdeka, Curup

Ladang Perjuangan

Pengembangan perjuangan organisasi pembela Islam Sunni Syafi’i di Nusantara ini di Curup memang faktual. Gerakan dan perkembangannya menjadi lebih maju. Basis sosialnya yang turun dari Masjid Jamik Curup itu meningkatkan kepercayaan masyarakat secara luas di Kabupaten Rejang Lebong dan sekitar bahkan di wilayah Provinsi Bengkulu.

Terbukti pada tahun 1968 warga Air Rambai dengan sukarela menyerahkan lahan kepada organisasi ini untuk difungsikan sebagai tempat pendidikan yang khas. Selanjutnya berdirilah MTI Air Rambai, Curup. Madrasah tersebut lebih dikhususkan sebagai wahana kaderisasi pendidik. Buya HM. Arsyad Thahara, BA, salah satu lulusannya, yang kemudian menjadi salah seorang ulama terkemuka di Provinsi Bengkulu.

Sejak itulah progres gerakan perjuangan organisasi ini menjadi lebih meningkat. Hingga sempat mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Curup pada tahun 1989. Pada saat inilah Yayasan Tarbiyah Rejang Lebong dibentuk. Selain mengurus STIT dan unit pendidikan lainnya, juga untuk mengurus Sekolah Menengah Ekonomi Atas (SMEA) Pembangunan yang juga baru didirikan.

92 tahun organisasi ini sudah berdiri. Telah 82 tahun pula ia berkiprah di Rejang Lebong. Tentu banyak hal yang perlu dievaluasi. Baik terkait kuantitas maupun kualitas gerakannya. Baik yang bersifat hardware maupun yang berupa software. Apalagi terkait relasi sejarah MTI dan Masjid Jamik Curup,  di mana gerakan organisasi ini di Rejang Lebong bermula.

Memang, jika melihat aset yang masih dikelola baik di Pasar Baru maupun di Komplek Air Rambai, Kabupaten Rejang Lebong secara organisatoris Persatuan Tarbiyah Islamiyah masih lebih baik dari kabupaten lainnya di Provinsi Bengkulu. Pula secara nasional, Rejang Lebong mungkin termasuk cabang dengan kategori kecakapan pengelolaan asset perjuangan organisasi berada di jenjang paling bawah ke menengah. Terbukti dengan masih beroperasinya SDTI Curup, MTs TI Curup dan SMK Pembangunan Curup.

Suplemen: Reorganisasi

Islah Tarbiyah dan PERTI pada tahun 2016 di Jakarta ternyata menjadi celah bagi Yayasan Tarbiyah Rejang Lebong. Persatuan Tarbiyah Islamiyah yang secara nasional sempat terpecah menjadi Tarbiyah dan PERTI pada awal Orde Baru terbentuk sebab kebijakan fusi partai-partai akhirnya kembali bersatu. Tarbiyah merupakan model gerakan yang ruhnya ingin mengembalikan organisasi ke khitahnya sebagai pengurus sekian banyak MTI yang tumbuh berkembang di Nusantara. Meskipun mengevaluasi peran organisasi di politik secar nasional masa Orde Lama, namun Tarbiyah faktanya menjadi keluarga besar Golongan Karya (Golkar). Provinsi Bengkulu, dalam konteks ini, merupakan salah satu lumbung suara Golkar di Sumbagsel yang cukup diperhitungkan pada masanya. Tidak hanya masa awal Orde Baru yang relevan sekali dengan masa terbentuknya Provinsi Bengkulu dimana Ki Zaidin Burhany dan rekan-rekannya baik sesama alumni MTI maupun para elit organisasi ini lainnya di DPRD Provinsi Bengkulu, tetapi sampai pula mendudukkan Drs. H. Darussamin sebagai Ketua DPRD Rejang Lebong pasca Orde Reformasi. Kehadiran Buya Darussamin ini di Tarbiyah dengan kemunculannya sebagai Ketua DPD Tingkat II Tarbiyah Rejang Lebong pada Musyda Tingkat II Tarbiyah Rejang Lebong Tahun 1988 tentu saja tidak terlepas dari dukungan Buya H. Haris Fadhilah Yuyun dan Buya H. Sirajuddin Harby.

Adapun PERTI sebagai wujud organisasi politik yang muncul dari kebijakan yang mewajibkan organisasi masyarakat mendirikan partai pada masa Orde Lama sendiri di Provinsi Bengkulu boleh dikata relativ tidak berkembang. Namun di daerah lain terutama di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), cukup pesat. Namun, baik Tarbiyah maupun PERTI secara nasional pasca Orde Reformasi boleh dinyatakan tidak berjalan lebih baik kepengurusannya. Jangankan untuk mengurus madrasah-madrasah dan surau-surau sebagai basis gerakannya, mengurus dirinya saja terkesan lamban sekali. Hal ini tentu saja tak terlepas dari beban historis secara politis, baik masa transisi Orde Lama ke Orde Baru bagi PERTI, maupun masa transisi Orde Baru ke Orde Reformasi bagi Tarbiyah. PERTI yang pernah berjaya dengan PI PERTI masa Orde Lama dan Tarbiyah yang pernah berjaya dengan Golkar masa Orde Baru harus mengalami masa kritis organisatorisnya akibat krisis nasional sebagai dampak peralihan struktur dan kultur politik. Pada era Presiden Jokowi dengan Menteri Agamanya Lukman Saifuddin, krisis organisasi Tarbiyah dan PERTI berakhir dengan islah keduanya kembali sebagai satu kesatuan organisasi Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Tarbiyah - PERTI). Restrukturisasi menjadi agenda utama dimana kepengurusan nasional yang telah terbentuk pada akhir Oktober 2016 lewat momentum Islah itu diikuti dengan pembentukan kepengurusan di provinsi-provinsi berikut kota dan kabupatennya. Tak terkecuali di Provinsi Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong.

Kepengurusan Cabang Tarbiyah - PERTI Rejang Lebong segera melakukan revitalisasi Yayasan Tarbiyah Rejang Lebong (YTRL) yang merupakan mandat utama organisatoris. Dengan mengembangkan agenda Sekolah Rakyat Amanah Umat (SuRAU) yang telah diberlakukan di SDTI Curup sejak 2015, dilakukan penyegaran kepengurusan YTRL pada tahun 2019. Lalu berikutnya dilakukan penyegaran Kepala Unit-unit Pendidikan YTRL pada tahun 2020. Lalu melakukan penyegaran ketenagaan Unit-unit Pendidikan YTRL pada tahun 2021. Juga dilakukan pembukaan Jurusan Perbankan Syariah pada SMKS 05 Pembangunan Curup. Sementara pada tahun 2022 diharapkan dapat didirikan Pondok Pesantren Tarbiyah Islamiyah (PPTI) Ki Zaidin Burhany Curup. Dan selanjutnya diagendakan pula dapat dirintis pembangunan Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Islam (STEBI) Ki Karang Nio Curup pada tahun 2023.

* Penulis adalah pelayan di Pondok Pesantren Nurul Huda Sukaraja, OKU Timur, Sumsel. Sejak 2015, bolak-balik Sumsel-Bengkulu guna mengabdi di SDTI Curup. Sejak 2018, Ketua Ikanuha 2015-2020 ini dipercaya juga sebagai Ketua PC Tarbiyah-Perti Rejang Lebong.

https://tarbiyahislamiyah.id/basis-perjuangan-itu-masjid-jamik-curup-surau-pendiri-madrasah-tarbiyah-islamiyah/

Emong Soewandi
Emong Soewandi Blogger sejak 2012, dengan minat pada sejarah, sastra dan teater

Post a Comment for "MASJID JAMIK DAN MADRASAH TARBIYAH ISLAMIYAH CURUP"